Akhirnya saya tertarik menulis judul ini. Saya bukan ahli digital. Tapi saya melihat, masih banyak orang yang belum memiliki semacam kesadaran akan pentingnya memahami dan memanfaatkan platform digital.
Saya mau mengawali tulisan ini dengan sebuah pertanyaan sederhana untuk Anda.
“Apakah password akun media sosial seperti Facebook atau Instagram yang Anda miliki, SAMA dengan password email pribadi Anda?”
Jika jawabannya adalah IYA, maka Anda tentu bisa dipastikan belum memiliki kesadaran digital yang baik. Kenapa bisa demikian? Anda bisa mencari jawabannya nanti. 😀
***
Dewasa ini digitalisasi kian tak terbendung, masuk pada hampir setiap lini kehidupan.
Apa-apa kini menjadi serba digital, baik via aplikasi, platform web, sosial media dan sebagainya. Fakta yang disupport oleh penetrasi internet yang sudah mengglobal.
Akhirnya kita menjadi target pasar yang empuk. Konsumerisme bertumbuh seiring dengan semakin mudahnya publik membeli sesuatu melalui perangkat digital.
Nah, apa hubungannya dengan ‘kesadaran digital’ yang saya jadikan judul tulisan ini?
Di tengah kondisi dengan keterpaparan internet yang begitu masif dan tawaran layanan serba-digital dewasa ini, kita sebagai manusia merdeka, seharusnya tetap menyimpan “awareness“, semacam kesadaran bahwa digitalisasi seharusnya tetap bisa kita kontrol, bukan mengontrol kehidupan kita.
Karena itu, istilah “kesadaran digital” dalam pemikiran saya seolah menggambarkan rasa pengalaman, kenyamanan, dan kecakapan yang diperlukan untuk penggunaan teknologi dasar yang berkaitan dengan dunia digital.
Pada satu sisi, kesadaran digital atau digital awareness seharusnya membuat kita bisa menggunakan aneka paltform digital yang tersedia untuk memaksimalkan benefit positif yang bisa diperoleh, baik secara profesi maupun dari perspektif bisnis.
Bagi seorang praktisi, akademisi atau konsultan profesi, memiliki web atau blog pribadi sebagai basis online profile ditambah dengan akun media sosial yang trusted dan saling terhubung, ibarat sebuah “ibadah sunnah muakkad“.
Dengan kesadaran digital yang bagus, maka penggunaan media sosial dan aplikasi percakapan massal seperti What’sApp (WA) tentu dilakukan dengan terukur, terarah dan tersaring.
Pada sisi lain, kesadaran digital juga mesti membuat kita semakin berhati-hati dengan potensi kejahatan dan tindak kriminal di dalamnya.
Patut dipahami bahwa dunia digital merupakan cermin dari kehidupan nyata. Malah, pada beberapa aspek bisa lebih kejam dan berbahaya dibanding dunia nyata.
Digitalisasi membuat pelaku kejahatan dan kriminal menjadi semakin kreatif, mudah berkamuflase dan sulit dilacak.
Karena itu, kita selalu diharapkan untuk tidak mudah membagikan informasi rahasia yang menjadi milik personal, termasuk data-data perbankan dan hal-hal penting lainnya ke dalam aplikasi atau platform layanan digital yang kita gunakan.
Mengetahui bagaimana melindungi akun-akun digital dari tindakan pencurian online (phising, hacking, spamming dan lainnya) adalah kecakapan dasar yang wajib menjadi bekal digital kita saat ini.
Selain itu, kesadaran digital seyogyanya bisa membawa kita untuk semakin antisipatif dan responsif terhadap perkembangan informasi yang selalu terjadi dengan cepat.
Karenanya, kesadaran digital ini menjadi sangat perlu dibangun dan dimiliki oleh setiap orang. Tanpa antisipasi dan kesadaran digital yang baik, digitalisasi bisa saja mengancam kemerdekaan manusia.
Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya membangun kesadaran digital yang baik? Siapa saja yang bertanggung jawab menumbuhkan kesadaran digital ini?
Saya tunggu tanggapan Anda. 🙂
setuju banget, karena tanpa kita sadari segala yang kita lakukan pasti ada unsur digitalnya dan pastinya kita butuh alat digital seperti handphone, komputer ataupun laptop. Saat ini banyak banget rekomendasi produk elektronik yang mampu mendukung kegiatan kita sehari-hari agar mampu mengimbangi dunia digital
Selamat malam kaka, saya sedang memulai blog, adakah tips-tips untuk menjadi blogger ? terima kasih