Orang selalu berkata bahwa ada yang namanya “bekas istri” atau “bekas suami”, “mantan istri” ataupun “mantan suami”. Pun, tidak pernah ada yang namanya “bekas anak” atau “bekas orangtua”.
Tetapi waktu kemarin aku ikut Rapat Koordinasi (Rakor) di Bandung, seorang Vice President (VP) melakukan riset kecil kepada para pegawai yang sudah berkeluarga pada saat rapat di aula kantor.
Dia lalu meminta 1 pegawai untuk maju ke depan white board.
VP: “Tolong tulis 10 nama orang yang paling dekat denganmu”
Lalu pegawai itu menulis 10 nama ; ada nama tetangga, orangtua, teman kerja, istri, anak, saudara, dst…
VP: “Sekarang silakan pilih 7 orang di antara 10 nama tersebut yang kamu benar-benar ingin hidup terus bersamanya”
Pegawai itu lalu mencoret 3 nama.
VP: “Silakan coret 2 nama lagi”
Tinggallah 5 nama tersisa.
VP: “Coret lagi 2 nama ”
Tersisalah 3 nama yaitu nama: “Ibu”, “Istri” dan “anak”.
Suasana aula jadi hening.
Mereka mengira semuanya sudah selesai dan tak ada lagi yang harus dipilih.
Tiba-tiba…..sang VP berkata: “Silakan coret 1 nama lagi..!”
Pegawai itu tertegun untuk sementara waktu. Lalu dengan perlahan ia mengambil pilihan yang amat sulit, dan mulai mencoret nama “IBU”-nya!
…suasana semakin hening…
Tak disangka, VP berkata lagi: “Silakan coret 1 nama lagi!”
Hati sang pegawai makin bingung. Suasana aula makin tegang.
Mereka semua juga berpikir keras mencari pilihan yang terbaik.
Pegawai itu kemudian mengangkat spidol dan dengan sangat lambat ia mencoret nama “ANAK”-nya!
Bersamaan dengan itulah sang pegawai tidak kuat lagi membendung air matanya, dan Ia pun ikut “menangis”….
Awan kesedihan meliputi seluruh sudut ruang aula.
Setelah suasana lebih tenang, akhirnya sang VP bertanya.
“Kenapa kamu tidak memilih orang tua yang telah melahirkan dan membesarkanmu? Tidak juga memilih “anak” yang adalah darah dagingmu sendiri?”
“Mengapa kamu justru memilih “ISTRI”? Toh istri bisa dicari lagi kan? Apa alasannnya?”
Semua orang di dalam aula terpana menunggu jawaban dari mulut pegawai itu.
Lalu pegawai itu berkata lirih:
“Istri saya ikut rapat di sini Pak….”
Serius amat bacanya 😛
Cerita ini hanya rekaan.