Sesederhana itu. Tak usah muluk-muluk. Bahwa menjadi Caleg harusnya dipandang dan diperankan sebagai sesuatu yang biasa saja.
Tak perlu berubah jadi lebih baik, lebih ramah atau lebih dermawan dari sebelum jadi Caleg. Tetaplah menjadi diri sendiri.
Soal terpilih atau tidak, itu sudah jadi takdir Allah.
Biarkan masyarakat yang menilai kelayakan dan kepatutan kita mewakili aspirasi mereka. Biarkan mereka memilih secara sadar dan penuh tanggung jawab. Biarkan mereka memilih kita apa adanya.
Rekam jejak perhatian dan pengabdian, kapasitas dan kompetensi biarlah dilihat publik secara utuh, termasuk jejak-jejak digital yang sudah ada.
Yang tak kalah penting, mesti disadari bahwa menjadi CALEG itu hanya SEMENTARA. Tetapi sebagai SAHABAT, itu seharusnya dipertahankan untuk SELAMANYA.
Persahabatan dan kekeluargaan sungguh teramat bernilai untuk dikorbankan hanya karena perbedaan pilihan politik akibat kita menyandang status sebagai CALEG.
Semua harusnya biasa saja. Tidak usah berlebihan.
***
Meskipun demikian, sebagai Caleg (baru) saya tetap punya ‘sesuatu’ untuk rakyat.
Saya menawarkan solusi, agar antara Caleg (jika kelak terpilih) dengan pemilihnya (konstituen) dapat terus terhubung dengan baik melalui sebuah aplikasi bernama: KawanAsta.
Bagi saya, sulit membayangkan jika seorang anggota DPR/DPRD yang duduk di parlemen, tak terhubung dengan para konstituen yang diwakilinya. Itu lucu sekaligus miris.
Karena itu, melalui KawanAsta, saya menawarkan keterhubungan jangka panjang dengan setiap konstituen yang memilih saya kelak pada Pemilu 2024.
Sehingga jika saya diamanahkan duduk sebagai anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, saya bisa penuh percaya diri mewakili konstituen saya dari Luwu Raya.
Begitulah sejatinya wakil rakyat menurut saya.
Di KawanAsta, user bisa mengirimkan aspirasi, saran atau informasi apapun langsung kepada saya. Melaporkan apapun kejadian atau permasalahan yang terjadi di wilayahnya.
Di aplikasi ini juga user bisa menikmati aneka fasilitas eksklusif yang hanya khusus dipersembahkan untuk konstituen saya.
Demikianlah. Sebagai manusia biasa, saya hanya berikhtiar semampunya. Mencoba melayakkan diri sebagai calon anggota legislatif dengan sebaik-baiknya. Sehormat-hormatnya.
Salama’ ki.